Selasa, 27 Desember 2011

PETUALANGAN


Rutinitas dan segala kejenuhan yang kita punya kadang memaksa kita untuk sekedar bersenda gurau atau melakukan petualangan-petualangan indah yang selalu saja kita mimpikan disaat kejenuhan melanda. Setiap tahun, kita pasti merancang liburan macam apa yang akan kita lakukan entah diakhir pekan ataupun diakhir tahun atau sengaja cuti.

Kali ini aku melakukan perjalanan yang telah terangkai namun hampir batal ku lakukan. Aku tidak berlibur seperti biasanya, dengan orang yang biasanya, atau dengan rute yang seperti biasa. Aku ingin liburan ku kali ini benar-benar sesuai ingin ku, dan luar biasa.

Satu skenario indah akhirnya harus tercipta, tak satupun teman berlibur biasanya tahu kalau aku memang sudah berencana melakukan perjalanan ini. Bukan maksud hati untuk berbohong, tapi sebenarnya sedikit banyak aku ingin meluapkan kekesalan ku pada mereka, karena disetiap perjalan selalu saja tidak pernah sesuai dengan apa yang diinginkan.

Perjalanan kali ini sedikit luar biasa karena kali ini aku berlibur dengan tante dan teman-temannya. Dari awal perjalanan sudah terlihat, salah satu diantara kami hanya ingin melakukan apa yang ingin dia lakukan tanpa berfikir apakah hal tersebut mengenakan hati atau malah sebaliknya.

Kami berangkat dari stasiun senen, dengan kereta api ekonomi progo. Diperjalanan masih bisa tertoleransi semua hal yang terjadi, akan tetapi konflik mencari akan dimana kami menginap inilah titik awalnya.

Sebenarnya kami sudah ada tujuan tempat penginapan, namun entah mengapa kami masih saja berjalan dan mencari. Lelah kami yang membuat dinding paling indah sampai harus tetap berdebat. Akhirnya satu hal bijak kami lakukan, telephone salah satu sahabat yang sudah berlibur lebih dulu dari kami. Alhasil kami pun berhasil mendapatkan penginapan yang kami inginkan.

Perjalanan pertama kami adalah melakukan CaveTubing, ini benar-benar petualangan paling sempurna yang kami lakukan, tetapi juga paling dramatis karena salah satu dari kami tak lagi sanggup untuk menaiki anak tangga tanah yang curam yang hanya dapat kami tempuh dengan seuntai tali. Tapi ini benar-benar pengalaman tak terlupakan, sekalipun salah satu diantara kami sudah merasa cukup kali ini melakukan cave tubing. Selesai berpetualang kami kembali ke kota. Tujuan kami selanjutnya adalah berkumpul dengan teman-teman klanese jogja. Kami sepakat bertemu disalah satu restoran keraton dekat taman sari. Disinilah gejolak “kok begini” tersadari, sekalipun kami sudah faham sebelumnya bahwa ia akan melakukan hal yang tak pernah kami duga.

Begitu sampai, kami memang sudah sangat lapar, tapi apa yang tersaji aku rasa cukup mengganjal, tiba-tiba saja dua kaki terangkat dan mata mulai dipejamkan. Aku hanya sanggup menghela nafas panjang dan berbicara singkat dengan tante ku, harus yah naikin kaki? Ini restoran kan? Kalian pendidik loh? Kalau murid kalian tahu macam apa guru mereka disaat kelelahan, pasti kalian akan menjadi satu contoh pendidik paling buruk. Aku sungguh tak habis fikir, aku tahu lelah memaksanya untuk bersikap demikian, tapi tak hanya dia yang lelah bukan? Bagaimana dengan aku? Kita sama-sama melakukan hal serupa tapi aku masih harus mengendarai mobil dan membawa mereka ketempat tujuan selanjutnya, apa lelah ku memaksa aku untuk bersikap diluar kesopanan? Tidak! Karena aku tahu bagaimana semestinya aku bersikap dihadapan orang lain. Tidak mampu menjaga sikap sama artinya aku tidak menghargai diri aku sendiri. Aku memang bukan orang suci, tapi setidaknya aku cukup tahu bagaimana cara menempatkan diri.

Akhirnya kami memutuskan untuk kembali kepenginapan dan beristirahat. Kami satu kamar berempat, diantara empat orang hanya satu yang benar-benar membuat ku jera untuk bermimpi melakukan perjalanan selanjutnya dengan dia. Kami sam-sama tahu kalau tante ku tak kuasa melawan dinginnya pendingin ruangan dan bebauan minyak kayu putih, tapi mengapa dia seolah sengaja menguasai selimut yang hanya satu dan memakai minyak kayu putih? Aku sendiri tak tahu apa isi kepalanya saat itu, yang aku tahu keegoisannya membuat ia merasa sudah benar melakukan hal-hal yang bertentangan dengan orang disekelilingnya.

Ultimatum ku tajam, perjalanan selanjutnya milik kita. Tak perduli apa ulahnya ketika ia tahu, yang pasti tak hanya dia yang ingin senang hati. Akhirnya kami melakukan perjalanan berikutnya dengan terbagi dua, aku dan tante ku memilih untuk bercengkrama dengan teman-teman klanese yang hanya mampu kami lakukan dijejaring sosial sebelumnya, lalu melakukan photo sesion di taman sari, hal yang sebenarnya ingin sekali dilakukan oleh teman paling egois kami itu.

Aku dan tante ku menikmati setiap perjalanannya tanpa terbebani hal-hal yang membuat kami berfikir untuk sekedar mengelus dada ataupun menghela nafas panjang. Sampai pada akhirnya kami kembali ke penginapan dan berpisah karena tujuan berikutnya telah menanti.

Satu pembelajaran untuk petualangan ku kali ini, selelah apapun kita, sejenuh apapun kita, didepan orang lain tak seharusnya kita melakukan hal-hal yang kurang dipandang sopan. Karena kita baru akan dihargai orang lain kalau kita sudah mampu menghargai diri kita sendiri.

===== arestya =====

Tidak ada komentar:

Posting Komentar